Yang Dekat Yang Terlupakan

Sahabat adalah orang yang dekat dengan kita. Hampir segala tentangnya kita tahu dengan detail. Bahkan hari lahirnyapun kita hapal dan tak pernah melupakannya.
Saudara bahkan orang tua kita yang menjadi orang terdekat kita. Untuk selalu menjaga hatinya, sampai-sampai kita selalu memperhatikan segala tentang mereka.
Namun, tahukah Anda apa yang paling dekat dengan kita? Yang paling dekat dengan kita adalah kematian. Yang kita tahu hanyalah kematian itu pasti datangnya. Tapi kapan datangnya itu rahasia dari Tuhan, karenanya yang bisa kita lakukan hanyalah berbuat yang terbaik untuk diri sendiri dan orang lain. Mati itu takdir dan cara untuk mati adalah pilihan. Maksud dari kata-kata ini adalah, bahwa kematian itu kapan datangnya sudah ditetapkan semenjak kita masih dalam kandungan Ibunda tercinta, sedangkan bagaimana kita mati adalah pilihan. Kita mau jadi orang baik atau tidak. Saat menjadi orang baik jalan untuk mati Insya Allah baik pula. Saat menjadi orang tidak baik, mungkin saja jalan yang tidak baik yang selalu dilalui menjadi jalan untuk mati. Ya, itu adalah pilihan kita.
Manusia selalu merencanakan kehidupannya, hal yang populer saat ini adalah menulis semua rencana hidup kita dan memprioritaskannya. Ini diakui banyak memotivasi untuk meraih impian. Schedule? ya, kita sering menyusunnya dengan sempurna dalam keseharian kita. Tidak ada yang salah dengan kedua hal tersebut. Hanya saja ada yang terlupa, ternyata kita tidak memasukkan kematian di dalamnya. Mungkin ada yang beralasan, jika kita dengan niat baik menyusunnya, bukannya itu juga akan menjadi jalan yang baik untuk mempersiapkan diri menghadapi kematian? Itu memang benar, namun tidak dipungkiri bahwa banyak diantara kita terjebak dalam euforia impian yang kebablasan sehingga kematian terlupa sama sekali untuk masuk dalam daftar-daftar tersebut apalagi hanya sekadar diingat.
Kehidupan selanjutnya yang sering kita bahas, untuk menujunya maka kita harus mengakhiri terlebih dahulu kehidupan yang sekarang. Mengakhiri? apakah bunuh diri? tidak bunuh diri menupakan bentuk kufur ni'mat, maka dari itu orang yang mati dengan jalan ini dikatakan kafir. Tapi bukannya mati adalah takdir? lalu mengapa menyalahkan orang yang bunuh diri? sekali lagi, bahwa cara untuk mati adalah pilihan. Kita mau menghendaki secara alami atau memaksakan diri untuk mati yang itu artinya kita mengingkari ni'mat dari Tuhan.
Jadi janganlah takut dengan kematian, yang kita lakukan semasa di kehidupan ini haruslah yang terbaik, untuk diri sendiri dan orang lain. Menjadi bermanfaan untuk diri sendiri dan orang lain, karena sebaik-baik manusia adalah manusia yang bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain.

Post a Comment

0 Comments