Pertama Kali Ke Jogja Sebagai Backpacker

Jurusan kuliah saya sering membuat saya berkeliling kota untuk survey maupun singgah di kantor-kantor pemerintahan untuk membuat surat survey. Hal ini yang membuat saya dan teman-teman saya mengunjungi banyak tempat menarik di Surabaya.

Pada saat menjelang libur semester kami memutuskan untuk melebarkan sayap petualangan kami. Yogyakarta adalah pilihan kami. Hari pertama kami berangkat dari Stasiun Gubeng dengan menumpang kereta Pasundan. Sekitar pukul setengah satu siang kami sampai di Stasiun Lempuyangan Yogyakarta. Sebelum memulai jalan-jalan, tidak lupa menunaikan kewajiban sholat dhuhur. Hal pertama yang membuat saya terpukau adalah keadaan toilet stasiun yang benar-benar bersih. Setelah itu Barulah dimulai acara jalan-jalan kami.

Diluar stasiun kami membuka modal jalan-jalan kami, yaitu peta kota Jogja. Kami mulai menuju Jalan Malioboro dengan mengikuti petunjuk di peta untuk mencari penginapan yang murah. Maklum saja modal jalan-jalan kami tidak lebih dari 300 ribu rupiah. Saat berjalan melalui gang-gang kecil banyak hal membuat kami terpukau. Seperti di setiap RT atau RW selalu ada benda seperti papan pengumuman yang di dalamnya terdapat Koran yang diupdate setiap hari. Ini menumbuhkan minat baca dan membuat warga tidak buta informasi. Kemudian keadaan kampung yang sangat bersih dan selokan yang seluruhnya tertutup. Sekitar pukul setengah lima sore kami baru mandapat penginapan di daerah Suryatmajan, yaitu tempat kost dengan harga 40ribu seminggu untuk perorangnya. Jadi satu hari itu kami habiskan untuk mencari penginapan dan malam harinya melihat keadaan malioboro di malam hari.

Esok harinya, kami memutuskan untuk mengelilingi wilayah tengah dulu. Langkah demi langkah membawa kami singgah di Jogja Broadway, di Taman Pintar kami tidak mampir karena masih pagi dan belum buka. Lalu dengan menyusuri jalanan kami sampai di Benteng Vredeburg. Lama kami singgah di sana kemudian melanjutkan perjalanan ke Keraton Yogyakarta dengan kembali menggunakan kaki sebagai alat transportasi. Menurut saya hal yang paling berharga yang saya dapat adalah kesopansantunan yang terjaga. Setelah puas melihat-lihat dan memahami hal-hal berharga dalam Keraton kami memutuskan untuk pulang ke kost. Setelah sholat maghrib, kami menyusuri gang-gang kecil untuk mencari makan malam. Alhamdulillah, dengan harga 3500 sampai 4000 kami bisa makan kenyang. Kemudian perjalanan kami lanjutkan ke Tugu. Lagi-lagi dengan modal peta dan kaki. Saat jam menunjukkan hampir pukul Sembilan malam, yaitu jam malam di kost kami dan setelah puas berfoto kami memutuskan untuk kembali ke kost.

Hari ketiga kami mengunjungi Universitas Gajah Mada dan melihat eksotisme Candi Prambanan. Kali ini tujuan kami cukup jauh sehingga kami memutuskan untuk menumpang bus kota ke UGM. Setelah melihat UGM begitu luas kami memutuskan tidak jadi mengelilinginya dan menyimpan tenaga untuk mengelilingi Candi Prambanan. Dengan menumpang Trans Jogja, kami menuju Candi Prambanan. Tidak salah jika candi yang menimpan cerita luar biasa ini disebut candi Hindu yang tercantik, karena eksotismenya dengan sekejap mampu membuat rasa lelah melayang pergi.

Hari berikutnya, saya dan teman-teman memutuskan untuk mencari buah tangan seadanya. Tujuan pertama adalah Bakpia Pathok 25 di Kios Pasar Pathok tak jauh dari Jalan Malioboro. Setelah itu kami kembali berjalan ke Jalan Malioboro untuk membeli kaus dengan merk yang sudah tersohor di Yogyakarta. Puas membeli oleh-oleh seadanya, kami kembali ke kost. Lalu sore harinya kami memilih untuk nongkrong di perempatan Kantor Pos Besar untuk menikmati suasana malam di Yogyakarta.

Hari terakhir kami di Jogja hanya beberapa jam, karena hari ini kami meninggalkan kota Jogja. Dari tempat kost, kami berjalan kaki menuju Stasiun lempuyangan. Di jalan banyak penarik becak yang senang melihat kami bersemangat berjalan kaki dengan membawa tas besar. Di stasiun ini, saya berpisah dengan salah seorang teman saya. Dia pulang ke kota asalnya, yaitu Nganjuk. Sedangkan saya dan dua orang teman saya menumpang Prambanan Express (Pramex) menuju Solo.

Dari stasiun Jebres, kami menumpang Bus Kota menuju Wonogiri, rumah salah satu teman saya. Setelah sampai di daerah Slogohimo kami masih harus berjalan di lintasan menanjak untuk sampai di rumah teman saya. Setelah sampai, saya terkejut bukan main. Tempat itu sungguh sangat indah, depan rumah adalah sawah-sawah dengan background pegunungan dan awan. Suara alam yang sangat menenangkan sangat berbeda dengan bising Kota Pahlawan.

Petualangan awal ini sangat menyenangkan, karena kami lakukan dengan penuh kesederhanaan dan kebersamaan. Inilah cara kami menguatkan rasa cinta pada Nusantara, dengan menysuri keragaman dan keindahannya. Yang terpenting mengingatkan kami akan Kebesaran Allah. Terima kasih kaki yang telah membawa kami mengelilingi Yogyakarta dan melihat-lihat keindahan Indonesia.

Post a Comment

4 Comments