Jalan Lurus Menuju Pantai Parangtritis

Kali ini saya akan mereview perjalanan yang bukan dalam tujuan berwisata tapi di tempat wisata. Seperti yang saya ceritakan dari postingan sebelumnya di Delapan Mingguku Berhijrah. Tidak melarang juga kalau kali ini dibilang mencari kesempatan di dalam kesempitan. Memang benar ya, mungkin sempit menjadikan fokus tersendiri.
Ini adalah weekend pertama dalam hijrahku. Sudah menjadi keinginanku untuk mengenal lebih jauh tempatku berdomisili sekarang meski hanya sementara. Empat kabupaten dan satu kota, rasanya tak masuk akal kalau provinsi yang tak boleh disebut provinsi ini punya banyak sekali objek menarik, tapi subjek yang menarik gak kalah banyak lho... heleh #eh haha... Syudah syudah.
Siapa yang tak tau Pantai Parangtritis? Pesonanya yang mungkin mulai digeser oleh pantai-pantai keren yang berjajar di Kabupaten Gunung Kidul. Saya yang sejujurnya baru pertama kali melihat Jogja pada tahun 2011, jujur juga baru kali ini melihat Pantai Parangtritis secara langsung. Tak apa, bukannya kita tak boleh meremehkan ciptaan Tuhan? Setiap yang diciptakan bukannya selalu membawa manfaat? Cukup buat saya membuncah ingin segera melihat banyak air dan deburan ombak.
Kala itu, seorang rekan kerja saya di Studio Hore Embung Tambak Boyo (Studionya pak Edy maksudnya), mbak Nita memberi ide pergi ke Parangtritis. Tanpa babibu, langsung saja saya menghubungi teman-teman yang lain. Naluri planologi gak pernah pikir panjang soal mengambil perjalanan. Haha...  Sebagai ucapan terima kasih kuminta Tata mengajak Elisa yang hari pertama di Jogja sudah mau menampung kami di kostnya. Lah... motornya cuma satu. Gak kehabisan ide, kuhubungi kawan lamaku dari Padang yang sedang mengerjakan proyek teknik sipil di Godean. Minggu jam 1 siang kami sudah siap tancap gas motor untuk pergi ke sana, tentunya sebelumnya udah kepo jalan di maps dong. Jalannya gampang dari Jalan Raya Parangtritis lurus aja ikutin jalan sampai ketemu yang namanya Pantai Parangtritis.
Mari kita lihat, ekspetasi gak sesuai sama kenyataan. Tadinya saya yang bermotor sama Jhoqwan bisa bercandaan di jalan lama-lama diem, kehausan,dan mulai panik cari indom*rt dan sejenisnya buat cari minum. Haha... Masya Allah panjang bener ini jalannya. Mau posting foto jalan nih, tapi gak kefoto waktu itu. Maap yaa.. hehe.
Nyampe sana langsung sholat asar dulu brader, bolehlah sesekali berpetualang tidak boleh diganggu sama urusan kuliah tapi berpetualang jangan sekali-sekali mengalahkan urusan laporan pada Tuhan. Sudah lama sejak bulan Juni 2012 di Pantai Karanggongso tidak merasakan harus berbicara teriak karena deburan ombak mengalahkan desibel suaraku. Ini pantai, tempat baru yang kudatangi bersama orang-orang baru kecuali tata yang kawan klop kuliahku dan Jhoqwan kawan lamaku yang bertemu di 1st Kopfest by Yahoo Indonesia. Selebihnya Mbak Nita dan Riska yang satu studio dan Elisa kawan Tata yang bersedia kami tumpangi kostnya waktu pertama kali ke Jogja. Sambil menunggu Mbak Nita dan Riska datang inilah kegilaan yang kami lakukan. Haha...
Nurutin maunya Elisa naik kuda
Foto oleh bapak pemilik kuda.
Lagi ngobrol malah dicandid sama Elisa. Coba zoom gambar ini, Tata makan kaki orang. Haha...

Saat itu pantai ini benar-benar penuh sesak oleh orang-orang yang berlibur di hari minggu itu. Tiba-tiba pantai ini penuh sesak juga dengan ingatanku tentang foto orang main ATV di sini. Ah sudahlah, bukankah memandang luka hanya membuatku takut melangkah. Mari nikamti hari bahagaia yang penuh cinta ini. Ada sebuah keakraban yang terlihat dari sini. Lihatlah...
Jhoqwan, Aku, Tata, dan Elisa
Baca tulisan itu jadinya malah pengen ketawa
Matahari hampir berselancar ke arah barat, tapi belum juga ketemu sama dua teman yang lain. Teman yang membuatku melangkahkan kaki pergi ke tempat ini. Dan membuatku ketagihan pergi ke tempat lain juga. Deburan ombak punya desibel yang memecahkan sekat kenangan kegiatan yang pernah aku lalui bersama teman yang lain dan di tempat lain. Meski belum banyak tempat yang aku kunjungi. Semuanya selalu berhasil meluluhkan hatiku untuk menghargai setiap kenangan bersama teman lama atau baru di tempat lama atau baru.
Ini akhirnya ketemu juga diantara kerumunan
Yang ini enggak banget di Pantai Depok
Wah wah... ada yang kelupaan. Lupa di jalan pas mau ke Pantai Depok kita lewat gumuk pasir. Subhanallah... ini sesuatu yang kulihat secara langsung bukan lagi di gambar-gambar saat kuliah di kelas. Gumuk pasir yang punya banyak fungsi penting dan harus dilindungi. Ternyata gumuk pasir itu keren ya? Haha... bolehlah anda anggap saya ndeso. Fine fine aja karena memang belum pernah melihat yang seperti itu.
Gumuk Pasir
 Terima kasih Pantai Parangtritis atas pengetahuannya. Dan terima kasih Allah, telah memberikan kesempatan dalam kesempitan ini. Kita lihat kejutan apalagi yang akan saya dapatkan selama di sini? :D

Post a Comment

0 Comments