Bukit Pelalangan Arosbaya Foto Oleh: D. Inda |
Tren berwisata ke bukit kapur
sepertinya bakal menjadi saingan tren batu akik di tahun 2015 ini. Setelah Aeng
Guweh Poteh yang sebelumnya aku intip kedahsyatannya dan Bukit Jamur di Gresik
(yang ini saya belum pernah, kini Bukit Pelalangan turut mengguncang ketenangan
dunia para pejalan.
Alkisah setelah melakukan drama
kunjungan ke Guweh Poteh ditemani Mas Fahmi, tiba-tiba ada sebuah mention dari
Bang Enzat di facebook. Sebuah
postingan foto berisi screen capture
instagram seseorang bernama Perry Christian mendapat banyak sekali komentar
dari orang yang ingin tahu. Bagaimana tidak? Di foto itu seseorang sedang
berpose berjalan dengan menggendong tas punggung di sebuah tempat tebing
berbukit yang dihiasi tanaman paku-pakuan. Ditambah lagi embel-embel kalimat “di
Indonesia juga punya tempat seperti itu.” Otomatis memancing tanya orang-orang
yang jaman sekarang ingin sekali disebut sebagai tukang jalan. Aku juga sih,
gak mau ketinggalan dengan memforward
foto itu ke Nurul haha... Sebenarnya sebuah rencana mengunjungi tempat itu di
hari minggu sudah disiapkan tapi batal karena satu dan lain hal. Tentu saja tidak
nekat mengunjungi tempatnya tanpa tau pasti letaknya dimana. Awalnya kubaca
sekilas keterangan fotonya ada di Arosbaya, Bangkalan, Madura dan dekat dengan
tempat Ziarah Aer Mata. Wah... itu sih dekat banget. Tanpa basa-basi lagi
langsung saja kutanyakan jelasnya pada si empunya foto di instagram.
Akibat batal ke sana jadi cuma
bisa memandangi tempat itu dari layar ponsel. Secara pribadi keinginanku
mengunjungi tempat itu karena mirip dalam sebuah setting game petualangan Tomb
Raider Legend yang sering saya mainkan waktu SMP. Suatu malam iseng-iseng
berselancar di instagram melihat sebuah tempat yang mirip seperti foto itu yang
diposting oleh Mas SlameTux, yaitu teman blogger yang sekali kutemui tapi belum
kenalan waktu itu. Ini jari-jari nakal banget sampai bisa otomatis mengirim
komentar minta ditemenin ke sana. Tak disangka masnya langsung mbalesi.
“Hayuk kapan? Besok? Soalnya aku weekend gak bisa.”
“Hyah bentar cari barengan dulu
dari Surabaya.” Gak nyangka bakal dibales secepat itu dan ngajaknya besok juga.
Singkatnya nih aku ngajak Tika lagi
yang kosong juga jadwalnya, haha... Di instagram Cuma janjian besok pagi jam
tujuh di Alun-Alun Bangkalan yang dekat Kodim. Sebenernya Mas Slamet sudah
bilang dilanjut di BBM tapi aku sama sekali gak menghubunginya di BBM. Haha
sampai besok paginya waktu sudah perjalanan ke Alun-Alun Bangkalan dia nge-BBM
duluan tanya jadi atau enggak. Ya otomatis tak
bilang kalau aku udah ondewe dan udah
dekat tempat janjian. Pagi itu mungkin terlalu pagi sampai yang jualan di
Alun-Alun masih sedikit. Cerita sebelumnya sudah ditemani butiran cimol dan
kali ini gak mau lagi makan cimol, masih bosan. Yaudah akhirnya kami berdua
nungguin tanpa jajan sama sekali. Sebuah nada ping berisi pesan bahwa Mas
Slamet sudah di depan Kodim membuatku berjalan ke arah Kodim sambil melambaikan
tangan. Tanpa mengucap salam dan kenalan
secara formal, kami langsung menuju Arosbaya. Mas Slamet yang membonceng
temannya yang seorang cowok membuatku sempat kewalahan mengejar. Lha wong dia bawa motor cowok berkopling
dan ber-cc leih tinggi dari si Supri-X yang aku kendarai, ditambah jalanan yang
mulai enggak mulus alias banyak lubang. Tapi untung hanya perjalanan ke
Arosbaya, kalau ke Tanjung Bumi aku pasti udah bawa peralatan kunci segala
ukuran buat jaga-jaga benerin motor. Masalahnya jalanan yang rusak parah di
Tanjung Bumi membuat spion motorku hampir copot waktu terakhir ke sana. Kalau
hanya ke Sepuluh atau Arosbaya masih bersahabat lah.
Tempat ziarah Aer Mata Ebu memang
pernah sekali saya datangi, lagi-lagi ya sama rombongan pengajian kampung hehe.
Bedanya waktu itu naik bus dan kali ini naik motor sendiri. Gampang sih
jalanannya tinggal ikuti petunjuk jalan saja, kalau tidak paham bisa pakai GPS
(Gunakan Penduduk Sekitar). Sampai di depan gerbang tempat ziarah ternyata
harus belok kanan memasuki kampung penduduk. Jalanannya mulai sempit dan
menanjak yang menandakan petualangan baru saja dimulai. Sampai di tengah jalan
Mas Slamet berhenti dan menawari untuk dibonceng saja. Tadinya aku yang strong ini jadi menurut saja karena
enggak tahu medan di depan. Ceritanya nurut aja gitu sama yang udah pernah,
haha. Mulai terlihat tebing-tebing dengan bekas pahatan yang indah dan para
penambang batu kapur di sana. Ternyata di sana ada pengunjung selain kami,
yaitu segerombolan anak muda yang juga juga ingin tahu seperti aku dan Tika. Baru-baru
ini kutahu mereka dari Surabaya setelah berkenalan dan mereka minta difotokan,
mungkin mereka ingin hunting foto.
Yak jalanan di depan semakin menanjak dan menukik sodara-sodara tapi
pemandangan di depan juga semakin memukau saja. Jalannya licin bekas lembab
atau habis hujan. Tidak ada motor selain motor kami, yang lewat sesekali cuma mobil bak terbuka pengangkul hasil tambang
yang yakin banget deh kalo mesin mobil itu sudah dimodifikasi. Saat keyakinan
hati bicara kalau lebih cocok pakai motor trail , di situ terjadi seseuatu yang
konyol. Saat jalanan menanjak tiba-tiba perasaan tidak enak muncul, Mas Slamet gagal
menguasai tunggangannya. Saat stag tidak bisa menanjak lagi yang terjadi adalah
mundur teratur. Tapi bro mundurnya itu ke bawah dan itu meluncur tajam. Lebih
kocaknya saat mundur bukannya khawatir malah aku tartawa-tawa sampai akhirnya
aku mendarat bebas di rerumputan pinggir tebing. Untung enggak terluka sama
sekali dan juga enggak kotor kena jalanan yang seperempat becek itu. Tiduran
terlentang di rerumputan sambil memakai helm itu adalah pose terakhirku waktu
motor terguling. Aku malah ketewa tanpa mikirin Mas Slamet yang khawatir pixionnya
bakal ngambek setelah diajak guling-guling di sana. Kayaknya Mas Slamet salah
masukin kopling dah tadi, tapi untung jatuhnya jadi jatuh terencana sehingga
kami tidak ada yang terluka. Sebenarnya yang aku khawatirkan bukan jatuhnya
tapi kena motor yang belakang. Kebetulan motor yang belakang adalah si supri-x
tercinta yang lagi dikendarai temennya Mas Slamet sama Tika.
Setelah kejadian konyol itu
berlalu kami menepikan kendaraan di spot pertama untuk istirahat dan foto-foto
dong. Eh iya tak lupa kenalan secara resmi dan akhirnya aku tahu nama temannya
adalah Stevian. Namanya sama susahnya untuk diingat dan disebut dengan bukit
yang sedang kami kunjungi, yaitu Bukit Pelalangan. Mungkin yang nganggep tempat
itu seperti setting game hanya aku, lainnya sepakat seperti di film Indiana
Jones. Aku hampir kehilangan kata-kata karena beneran merasa senang di sana.
Tempatnya seru dan memukau menurutku. Di kanan dan kiri semuanya tebing yang
dulunya bukit. Tebingnya memiliki pola khas pahatan kotak atau garis-garis
terartur dan dihiasi tumbuhan paku atau keluarga tumbuhan perintis lainnya.
Banyak sudut yang bisa didatangi seperti goa-goa yang juga terbentuk karena
proses penambangan. Ah gimana ya bro jelasinnya, pokoknya keren banget lah
serasa berpetualang dimana gitu. Eh ya sampai lupa, hati-hati terhadap pungli
di sana. Saat kami istirahat ada seorang bapak yang menanyakan asal kami dari
mana dan langsung kujawab dari Surabaya. Ternyata pemirsa dia langsung bilang
minta duit 50 ribu rupiah, eh buset dah... Langsung Mas Slamet ngeluarin jurus
silat lidah ala orang Madura sampai akhirnya dia menang, yay! Kesalahanku sih,
harusnya gak asal jawab tadi. Tapi kalau aku jadi penduduk sekitar juga pasti
bakal miris sih, lokasi yang ada di sekitar mereka jadi tujuan wisata tapi
mereka belum merasakan dampak positifnya.
Gaes kami sarankan saat ke sana
membawa perbekalan yang cukup, seperti minuman dan makanan ringan tapi kalau
selesai bawa pulang sampah kalian ya. Di sana tidak ada yang jualan makanan
atau minuman dan waktu itu yang bawa minum air putih cuma aku seorang dan
diminum berempat. Mas Slamet dan Mas Stevian belum sarapan pagi juga. Sementara
kami bertiga masuk-masuk di goa, si Mas Stevian sepertinya kelaparan sampai
hanya diam dan selfie-selfie. Saat melanjutkan petualangan tanda-tanda dia
kelaparan makin tampak jelas, bukan pucat atau mau pingsan tapi rese gak
karuan. Mulai dari ngambil sabtang ranting dan dia pukul-pukul ke tas punggung
aku sampai dia narik tasku waktu aku jalan. Bro lo rese banget kalau lagi
laper, haha...
Kartika di salah satu sudut Bukit Pelalangan Foto Oleh: D. Indah Nurma |
Lompat Foto Oleh: Mas Slamet |
Kegiatan Penambangan Batu Foto Oleh: D. Indah Nurma |
Matahari sudah tepat di atas dan
kami memutuskan mengakhiri petualangan seru menjelajahi Bukit Pelalangan
Arosbaya ini. Saking serunya berpetualang dan melihat orang-orang menambang
dengan cara memahat, waktu cek hasil foto-foto di galeri ponselku ternyata hanya
sedikit, huhu sedihnya. Sebelum benar-benar balik ke Surabaya kami menunaikan
ibadah sholat duhur di Masjid Besar Arosbaya dan mengisi perut di warung
pinggir jalan. Setelah makan rupanya Mas Stevian sudah sembuh dan nyamperin.
Kukira mau ngapain ternyata minta diinvite ke BBM, haha... Seru pol petualangan
dadakan ke Bukit Pelalangan Arosbaya ini. Pengalaman baru dan dapat teman baru.
Akhirnya saat pulang aku merasa digelayuti rasa khawatir bakal dikutuk massal
kalau upload foto Bukit Pelalangan karena enggak ngajak dan mendahului
teman-teman. Selain itu mungkin saja Bukit Pelalangan bakal ganti nama menjadi Bukitnya
Indah setelah Gili Labak disebut teman-teman saya Pulaunya Indah dan kolam
renang di Jaddih juga disebut Kolamnya Indah. Haha... Eh iya semoga ya pemda setempat mengelolanya dengan baik.
Bro dan sis sekalian saya punya
catatan khusus kalau ke sana:
- Bagaimana rute ke sana? Cukup ikuti petunjuk arah menuju Arosbaya dan Aer mata Ebu. Sampai sana masuk jalan ke kanan yang melewati rumah penduduk.
- Kalau bawa mobil, silakan parkir di tempat ziarah dan ke sananya trekking bentaran gapapa. Kalau bawa motor pastikan kalian memakai helm untuk antisipasi kejadian yang kami alami.
- Bawa perbekalan secukupnya tapi jangan tinggal sampahmu di sana ya.
- Meskipun tidak membawa teman yang asalnya Madura jangan khawatir dan tetaplah ramah sambil tersenyum pada orang-orang di sana.
- Terakhir jangan corat-coret bukitnya ya biar terjaga keindahannya. Kalau mau corat-coret di FB masing-masing aja ya atau sekalian tulis di blog.
20 Comments
tempat ini emang lagi booming banget yaa.. aku aja gatel pengen kesana. tambah lagi temenku yang posting baru2 ini kesana, dan baca postingan kamu.. makin pengeeen pake banget lah. keren viewnya
ReplyDeleteIya kan... Bukit2 kapur emang lagi booming tapi yang satu ini emang luar biasa viewnya
DeleteWow keren ya bukitnya, gak nyangka pula sedekat ini :D
ReplyDeleteIya saya juga, ternyata lebih bagus dari yang di foto :D
Deleteklo dari surabaya and ga bawa kendaraan sendiri, agak ribet ga ya kesananya ?
ReplyDeleteCoba cari angkot dari Bangkalan Kota ke Aer Mata Ebu, kemungkinan ada soalnya kan banyak dikunjungi. Tapi saya belum pernah.
DeleteHahahaha.... :D ngakak bacanya.
ReplyDeletePadahal kemarin sudah tak masukin gigi satu dan terus tak gas, eh ternyata ban belakang kalah ama licinnya jalan di sana (mungkin karena yang naik pada kurus-kurus ya dahinya hehehe).
Akhirnya motor saya menyerah dan mengikuti arus ke belakang, sehingga menimbulkan efek luka dan nyeri serta bengkak di lutut kiri saya (nahan motor ama orangnya, sungguh sangat berat banget boookkkkk hehehehee).
Alhamdulillah lutut baru sembuh kemarin, soalnya pas mau bilang sakit di TeKaPe rasanya malu, sungkan, gengsi, pokoknya campur aduk dah. hahahaha
Selamat berwisata lagi di Pulau Madura.
Walah tak kira siapa ini tadi kok komen puanjang banget. Haha... Kalo aku pas pulang baru berasa di leher sama tangan kanan. Leher sih udah gapapa tapi tangan kanan masih sedikit njarem gimana gitu. Untung pake helm, wahaha... Jangan kapok ngajakin aku lagi ya mas.
DeleteGw yang ngasih tau malah situ yang duluan kesana, gak adil nih
ReplyDeleteTuh kan beneran gw dikutuk banyak orang gara2 ke sana duluan. Lah kan cuma nyobain ke sana siapa tau ntar bang enzat ke sana kan aku bisa kasih tau jalannya. Haha
DeleteCuma kasih tau jalanya doang? Di anter sekalian lah dan jangan lupa traktir bebek sinjay
DeleteAku anterin, aku traktir bebek sinjay tapi beliin dua bukunya Agustinus Wibowo. Adil kan ya? Haha.
DeleteWkwkwkwkwkwk Rugi bandar
DeleteYa enggak lah bang. Itu udah paling adil wes. Kan aku meluangkan waktu buat nganterin abang. Haha...
Deletekak mau nanya dong, disana tu masih sepi ta ? klo kesana sama pacar aman gak ya kak ? kok sampai ada yang minta uang segala gt, ngeri bacanya ...
ReplyDeleteAman kok, aku terakhir ke sana lagi. Aman sentosa dan gak ada yang minta duit.
Deletekyaa, akhirnya baca cerita lengkapnya. Duh, tambah pengen, Ndah.
ReplyDeletebtw, kamu beneran nggak papa kan abis jatuh itu? Aku bayanginnya ngeri, wkwk
Sebenernya enggak sengeri itu. Haha... kayaknya aku yang lebay kali ya mendeskrippsikannya? wkwkwk
DeleteMau nanya donk kak, brpa jam sih kesana kalo dr surabaya?
ReplyDeleteRencana kesana nih minggu depan 😃😃
Sekitar 1 jam saja cukup :)
Delete