Mengurangi Sampah Di Daratan Dan Lautan Dengan Kampanye 'Belanja Tanpa Nyampah, Pilah Sampah Itu Mudah"


Dropbox Hypermart Pakuwon
Image source: Dok. Pribadi

Beberapa waktu belakangan ini grup WA keluarga saya selalu ramai dengan update tentang siapa saja warga daerah rumah kami yang terkena sanksi buang  sampah sembarangan. Iya list tersebut adalah informasi terusan dari DKP Surabaya. Nyatanya memang masih banyak di daerah tempat tinggal saya yang membuang sampah tidak pada tempatnya. Bukan hanya sebatas bungkus kecil tapi sampah rumah tangga dan sampah dari warung makan. Terkadang dibuang di depan rumah saya dan kadang di median jalan raya daerah tempat tinggal kami. Di depan rumah kami juga terpasang imbauan untuk tidak membuang sampah di depan rumah. Mulai dari bahasa yang paling halus sampai bahasa paling kasar ala arek Suroboyo juga tidak mempan. Bahkan spanduk tersebut berkali-kali ada yang sengaja mencurinya.

Begitulah peliknya masalah persampahan di daerah rumah saya. Seakan tidak ada habisnya. Itu masih di sudut daerah tempat tinggal saya yang tidak sampai satu kelurahan luasnya. Dan saya yakin yang mengalami hal serupa bukan hanya di tempat saya tapi juga seluruh Indonesia. Namun dalam beberapa tahun belakangan mulai banyak ide-ide untuk membebaskan kita dari masalah persampahan. Termasuk yang dilakukan oleh Unilever Indonesia dan Hypermart baru-baru ini. Maya Tamimi sebagai Head of Environtment and Sustainability dari Yayasan Unilever Indonesia menyatakan bahwa permasalahan sampah bisa diatasi jika semua pihak mampu bekerja sama. Untuk itu Unilever Indonesia dan Hypermart menyalurkan dropbox di tiga toko Hypermart (Hypermart Pakuwon, Hypermart Sidoarjo, dan Hypermart East Coast) sebagai bagian dari program ‘Belanja Tanpa Nyampah, Pilah Sampah itu Mudah’ selama bulan Desember 2017 hingga Februari 2018. Melalui program ini Unilever Indonesia dan Hypermart berharap bisa mengedukasi masyarakat khususnya konsumen/shopper untuk dapat memilah sampah rumah tangga. Tujuannya adalah mengurangi timbunan sampah di tempat pembuangan akhir (TPA), di alam, apalagi sampai berakhir ke lautan. Tujuan atau visi yang sama inilah yang membuat Hypermart menjalin kerja sama dengan Unilever Indonesia.
 
Perkenalan Program

Memasukkan Sampah Plastik ke Dropbox

Skema yang digagas oleh Hypermart dan Unilever dalam menjalankan program ini adalah dengan mengumpulkan sampah kemasan pada dropbox yang ada di tiga toko Hypermart. Sampah kemasan ini nantinya akan disalurkan ke jaringan bank sampah yang dibina oleh Unilever Indonesia kemudian disalurkan ke industri daur ulang. Khususnya untuk materi plastik akan menjadi materi untuk pabrik CreaSolv, yaitu pabrik daur ulang sampah kemasan plastik yang dimiliki Unilever Indonesia bersama mitranya di Sidoarjo. Terobosan CreaSolv Process sendiri adalah teknologi pertama di dunia yang mampu mendaur ulang plastik fleksibel kembali menjadi bahan baku kemasan sachet dan pouch Melalui dari program ‘Belanja Tanpa Nyampah, Pilah Sampah itu Mudah’ ini diharapkan bisa terus membangun kesadaran dari berbagai stakeholder untuk menjadi solusi pengelolaan sampah plastik. Sampah plastik yang disetorkan pada dropbox harus yang sudah bersih agar dapat langsung diolah kembali. Hypermart dan Unilever Indonesia sendiri akan memberikan reward bagi konsumen/shopper yang mengikuti program ini.

Program yang digagas oleh Unilever Indonesia bekerja sama dengan Hypermart ini merupakan langkah yang bagus dan diharapkan mampu menarik banyak pihak lagi untuk dapat bekerja sama memerangi sampah. Seperti mendorong kerja sama dengan pemerintah agar sampah masyarakan di kota dapat sepenuhnya di daur ulang. Karena selama ini yang telihat adalah beberapa wilayah saja yang mengelola sampah mereka sendiri. Karena jika sampah yang mereka pilah tidak mereka olah sendiri, di tempat pembuangan akhir (TPA) akan tetap diolah menjadi satu. Oleh karena itu tidak hanya butuh kesadaran dari masyarakat, namun juga dukungan pemerintah dari dinas terkait agar impian bebas sampah bisa terwujud.

Tidak hanya di perkotaan. Masalah persampahan juga menjadi permasalahan di mana pun ada manusia hidup dan bertempat tinggal. Tidak terkecuali di lokasi penelitian saya terdahulu. Sebuah pulau kecil yang jarak ke pulau terdekat adalah sekitar dua jam. Masyarakat di sini juga dahulu tinggal dengan beberapa timbunan sampah meskipun tidak seberapa. Untuk diolah atau daur ulang juga tidak memungkinkan. Akhirnya setelah beberapa waktu, masayarakat di sini menerima bantuan alat untuk mendaur ulang sampah plastik menjadi bahan bakar minyak yang mampu mereka manfaatkan untuk listrik dan mencari ikan. Dan sampah plastik tidak lagi sampai ke laut tempat mereka menggantungkan hidup.


Tentu impian bebas sampah ini tidak bisa dengan cepat terwujud.  Tapi dengan program-program seperti ini yang digagas, bukan tidak mungkin semua akan tercapai. Pengelolaan dan pengolahan sampah yang tepat dan bisa bermanfaat bagi semua pihak. Seperti contoh nyata di atas, semoga ke depannya Unilever Indonesia bisa membuat program-program yang bermanfaat seperti ini dan dapat dirasakan oleh berbagai pihak dimanapun berada. 

Post a Comment

1 Comments

  1. sebetulnya mudah masalahnya banyak orag indonesia mengerti tp gak pernah dilaksanakan, tetap nyampah dimana2 walau sudah disediakan bak sampah

    ReplyDelete