Pusparagam Anak Indonesia Berani Bermimpi Dan Meraih Cita-Cita


Serangkaian acara Hari Anak Nasional tahun 2018 ini diselenggarakan di Surabaya. Salah satunya yang diselenggarakan oleh Program Peduli yang bertajuk Temu Anak Peduli “Pusparagam Anak Indonesia”. Pada tanggal 20-22 Juli 2018 lalu mereka anak-anak yang berusia 9 sampai 18 tahun menjadi perwakilan dari 31 kabupaten/kota, totalnya ada 165 anak yang mengikuti forum ini. Saya berkesempatan untuk mengahadiri penutupan acara ini hari minggu lalu 22 Juli 2018. Dalam satu hari tersebut saya melihat anak-anak dari perwakilan komunitas yang terpinggirkan dari seluruh Indonesia ini melakukan banyak hal serta menyuarakan mimpi-mimpi mereka.

Program Peduli sendiri adalah sebuah program yang memiliki tujuan untuk meningkatkan inklusi sosial bagi enam kelompok masyarakat di Indonesia yang kurang mendapatkan akses terhadap program perlindungan sosial dan layanan pemerintah. Enam kelompok yang dimaksud adalah remaja dan anak-anak rentan; masyarakat adat dan lokal terpencil yang tergantung pada sumber daya alam; korban diskriminasi, intoleransi, dan kekerasan berbasis agama; orang dengan disabilitas; korban pelanggaran hak asasi manusia dan restorasi sosial; serta transpuan.

Penutupan forum Temu Anak Peduli “Pusparagam Anak Indonesia” ini dibuka dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya. Kemudian salah satu peserta membawakan Tari Angguk yang merupakan tarian tradisional dari Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kemudian dilanjutkan dengan masing-masing kelas menunjukkan hasil forum mereka selama beberapa hari tersebut.
Tari Angguk Dari Kulon Progo
Kelompok pertama dari kelas literasi yang menceritakan tentang mimpi-mimpi serta cita-cita mereka di masa depan yang sudah mereka tuliskan. Kemudian ada sekelompok anak yang tiba-tiba melakukan kekerasan pada salah satu teman mereka. Ternyata kelas kekerasan dan perundungan memulai aksi mereka dengan drama kecil di penutupan forum ini. Melalui drama mereka menunjukkan bahwa sebagai anak Indonesia seharusnya tidak boleh kaget terhadap segala perbedaan karena mereka terdiri dari berbagai suku dan bahasa serta keistimewaannya masing-masing, bahwa kekerasan dan perundungan tidak diperlukan di dalamnya. Karena seharusnya menjadikan mereka saling mengenal dan bangga atas keberagaman yang dimiliki. Disusul dengan kelas kewirausahaan, kepemimpinan, serta gotong royong yang menunjukkan hasil diskusi mereka.

Hasil Karya Pusparagam Anak Indonesia

Yang saya perhatikan sejak awal adalah wajah ceria mereka yang tampak tidak lelah sama sekali. Padahal mereka telah berkegiatan di sana sejak tanggal 20. Mereka terlihat bahagia bisa mempelajari banyak hal dengan bermain bersama teman-teman mereka dari daerah yang berbeda-beda. Tentunya menjadi hal yang baru bagi mereka untuk berkumpul di satu tempat yang sama sekali berbeda dari tempat tinggal mereka dan juga bersama orang-orang yang berbeda.

Meskipun mereka semua berbeda tapi yang namanya anak-anak tetaplah sama. Jiwa mereka masih sangat muda, mimpi mereka masih sangat tinggi, dan bermain adalah cara mereka berkomunikasi. Hal-hal tersebut yang seharusnya kita lindungi. Bagi mereka ada faktor yang membuat mereka bisa dan merasa berhak mimpi dan cita-cita adalah sesuatu yang mahal. Seperti pengasuhan yang tidak memadai, kondisi perekonomian, maupun daerah tempat tinggal yang tidak memadai sarana dan prasarana dasarnya seperti sekolahan maupun layanan kesehatan.

Padahal anak-anak adalah aset generasi penerus bangsa Indonesia, betapa sedihnya jika bermimpi saja menjadi sesuatu yang mahal bagi mereka. Dari Temu Anak Peduli “Pusparagam Anak Indonesia” ini mereka diajak untuk mengesampingkan segala yang mereka rasa menjadi batasan serta membiarkan mereka melukiskan mimpi-mimpinya di masa depan.

Odi Shalahuddin, Direktur Yayasan Sekretariat Anak Merdeka Indonesia (SAMIN) Temu Anak Peduli “Pusparagam Anak Indonesia” ini menarik karena mempertemukan anak-anak marginal yang selama ini terabaikaan dan mereka membicarakan kebangsaan. Suara sebagai aspirasi mereka patut diperhatikan dan didengar.

Tidak hanya sampai di situ, anak-anak dari Temu Anak Peduli “Pusparagam Anak Indonesia” juga mengikuti puncak Hari Anak Nasional 2018 yang diselenggarakan di Kebun Raya Purwodadi, Pasuruan, Jawa Timur yang dihadiri oleh Presiden Jokowi.  Hasil karya seni selama Temu Anak peduli juga turut dipamerkan di sana. Salah satu peserta “Pusparagam Anak Indonesia”, Elmi Septiana, 16 Tahun yang berasal dari Desa Pemongkong, Kecamatan Jerowaru, Lombok Timur mengaku sangat senang bisa bertemu banyak teman dari luar daerah dan bisa saling berbagi. Bagi Elmi ini adalah kali pertamanya mengikuti kegiatan Hari Anak Nasional. Elmi juga akan menjadi perwakilan untuk berdialog dengan Presiden Jokowi di Puncak Hari Anak Nasional.

Serangkaian keseruan acara hari itu ditutup dengan kegiatan yang tidak kalah serunya, sampai orang dewasa yang hadir juga turut larut dalam kebahagiaan. Penutup keseruan hari itu adalah flashmob, anak-anak ini menarikan lagu Raihlah Mimpi yang menjadi jingle Hari Anak Nasional. Di puncak Hari Anak Nasional peserta Temu Anak Peduli “Pusparagam Anak Indonesia” juga akan memimpin flashmob.

“Berlari-larilah kawan mengejar mimpi, melompat-lompatlah kawan gapai prestasi.”

Kira-kira seperti itu penggalan jingle Hari Anak Nasional yang membius semua yang hadir untuk ikut bernyanyi dan menari. Bagi saya sendiri lagu tersebut juga berhasil memberi semangat bahwa tiada kata terlambat untuk mengejar mimpi. Apalagi bagi anak-anak peserta Temu Anak Peduli “Pusparagam Anak Indonesia”. Semoga anak-anak Indonesia berani bermimpi dan berhasil mengalahkan segala keterbatasan. Bantulah anak-anak di sekitar kita untuk merasakan kemewahan dengan membiarkan mereka bercita-cita setinggi mungkin.



Post a Comment

0 Comments