Pada awal kuartal kedua tahun ini
saya mengalami sakit yang jika saya perhatikan sepertinya adalah deman tifoid
atau yang biasa disebut tifus/tipes. Sebelumnya
saya memang dua kali mengalami demam tifoid yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi. Jadi gejalanya saya
merasa sangat familier.
Karena waktu itu saya banyak
kegiatan dan harus segera baikan, saya merasa harus mendapatkan obat
antiibiotik. Setidaknya itu adalah obat yang saya ingat saat terkena demam
tifoid sebelumnya. Tapi saya sendiri menyadari bahwa antibiotik tidak boleh
dikonsumsi sembarangan. Maka dari itu saya cepat-cepat pergi ke dokter.
Setelah cek lab dokter memang
menyatakan saya terkena demam tifoid dan meresepkan beberapa obat termasuk antibiotik
dan tentunya anjuran untuk istirahat total beberapa hari. Sebenarnya saya tahu
kalau antibiotik itu tidak boleh dikonsumsi tanpa resep dokter. Hanya saja saya
tidak tahu kenapa antibiotik memang mendapat perhatian khusus.
Hari minggu lalu (30/11/2019)
bertempat di Gedung Pusat Diagnostik Terpadu lantai 7 RSUD Dr. Soetomo
Surabaya, saya mengikuti Seminar Pekan Kewaspadaan Antibiotik Dunia 2019. Acara
ini tidak hanya diikuti oleh tenaga kesehatan, namun berbagai kalangan
masyarakat seperi kader kesehatan tiap kecamatan, perwakilan organisasi
keagamaan, takmir masjid, hingga anak sekolahan.
Mengenal Antibiotik
Antibiotik merupakan obat atau
bahan kimia yang berguna untuk menghambat atau mematikan pertumbuhan bakteri. Antibiotik
pertama kali ditemukan oleh Alexander
Fleming pada tahun 1928. Namun masih melalui penelitian panjang dan baru
bisa diproduksi pada tahun 1940.
RSUD Dr. Soetomo Memperingati Pekan Kewaspadaan Antibiotik Dunia 2019
Pekan Kewaspadaan Antibiotik
Dunia 2019 atau yang secara global disebut Week Antibiotic Awareness World
(WAAW) merupakan pekan untuk meningkatkan kesadaran bahwa antibiotik harus
digunakan secara bijak. Kegiatan ini tidak hanya ada di Indonesia tapi di
seluruh dunia. WHO mencatat bahwa Indonesia merupakan negara kedua yang banyak
menyelenggarakan WAAW.
RSUD Dr. Soetomo Surabaya
termasuk salah satu yang menyelenggarakan kegiatan ini. Puncaknya berupa
seminar yang dihadiri oleh banyak kalangan masyarakat termasuk saya dan
beberapa blogger lain. RSUD Dr. Soetomo sendiri sejak tahun 2000 sudah memiliki
program seperti ini.
Kenapa WAAW Penting Diperingati?
Acara yang diperingati setiap
November ini bukan tanpa sebab. Penggunaan antibiotik yang tidak tepat indikasi
dan kurang bijak ini bisa menyebabkan AMR. Antimicrobial Resistance (AMR) merupakan
keadaan di mana bakteri menjadi kebal atau tahan terhadap antibiotik.
Bakteri yang resisten atau kebal
ini mengalami perubahan biologis (mutasi) sehingga tidak bisa dihambat
pertumbuhannya dengan antibiotik yang biasa digunakan. Bahkan pada tahun 2013 WHO melaporkan sejumlah
700.000 kematian yang disebabkan oleh bakteri yang resisten.
Bahaya Antibiotik
Setiap obat memiliki efek samping
, pada antibiotik efek samping yang terjadi di antaranya adalah alergi. Alergi yang terjadi mulai dari gatal hingga
bengkkak pada muka. Bahkan pada tingkat yang lebih serius bisa menimbulkan
sumbatan pada jalan nafas yang bisa berakibat kematian.
Selain itu penggunaan antibiotik
yang tidak tepat indikasi juga terlalu lama, terlalu banyak, atau terlalu
sedikit bisa menyebabkan resistensi bakteri (AMR). Faktanya masalah kesehatan terbesar
saat ini adalah ancaman AMR. Karena penyakit yang disebabkan oleh bakteri bisa
disembuhkan tapi menjadi lebih sulit bahkan tidak bisa disembuhkan jika bakteri
sudah mengalami resistensi.
Bijak Menggunakan Antibiotik Untuk Mencegah AMR
Menggunakan antibiotik untuk mengobatii
adalah pilihan terakhir untuk menangani penyakit. Cara yang paling utama ialah
mencegah jangan sampai kita sakit. Dokter Arief Bakhtiar menjelaskan bahwa
sebenarnya secara alami tubuh kita bisa mencegah agar tidak sakit. Daya tahan
tubuh yang baik secara alami akan melawan jika penyakit mulai masuk ke tubuh
kita.
Daya tahan tubuh ini bisa kita
jaga dengan menerapkan pola hidup yang sehat dan diimbangi dengan selalu
berpikir positif. Stress juga menjadi penyebab melemahnya daya tahan tubuh yang
sering kita abaikan. Maka jangan heran jika kita sedang banyak pikiran bisa
berujung dengan sakit.
Mencegah resistensi antibiotik
sangat mudah dan bisa dimulai dari diri kita. Ingat ABCD untuk mencegah
resistensi antibiotik.
A = Anjuran dokter
Jangan menerawang penyakit yang
sedang kita alami. Pergi ke dokter adalah pilihan paling bijak agar kita tahu
butuh antibiotik atau tidak untuk menyembuhkan penyakit kita.
B = Berbagi itu salah
Jika kita pernah mendapatkan antibiotik
untuk menyembuhkan penyakit kita dan masih memiliki sisa, maka jangan pernah
memberikannya untuk orang lain. Meskipun orang lain terlihat sedang sakit sama seperti
yang pernah kita alami. Anjurkan mereka untuk periksa ke dokter.
C = Cegah
Seperti yang kita bahas
sebelumnya bahwa tentunya mencegah lebih baik daripada mengobati. Menjaga pola
hidup sehat untuk menjaga daya tahan tubuh, maka secara alami kita bisa
mencegah terjangkit oleh penyakit.
D = Dosis
Gunakan antibiotik dengan dosis
yang dianjurkan oleh dokter. Tidak terlalu lama, terlalu banyak, atau terlalu
sedikit.
Mari mulai bijak menggunakan antibiotik
dari diri kita sendiri. Sayangi keluarga kita dengan menganjurkan untuk bijak
menggunakan antibiotik. Mungkin terlihat sepele namun efeknya berarti besar
untuk masa depan. Mari turut berperan untuk menekan angka Antimicrobial Resistance (AMR) di
dunia.
1 Comments
Beruntung banget saya punya istri apoteker. Dari dia saya belajar untuk nggak jadi gampangan sama obat.
ReplyDeleteSakit dikit minum obat. Nggak jelas pula obatnya bener atau enggak, yang penting sakitnya hilang.
Padahal bisa jadi sakit yang dirasakan itu cuma gejala aja.
Apalagi kalau udah berurusan sama antibiotik. Seringnya kalau dah berasa nggak sakit, berhenti minum antibiotik. Padahal kebiasaan kaya gini ini yang malah bikin si bakteri imun sama antibiotik.
Dampaknya, pas sakit lagi...dosis harus dinaikkan.
Waduh 😥