Pandemi Covid-19 Di Indonesia
Sampai
tanggal 3 Juni 2020 menurut www.covid19.go.ig
di Indonesia terkonfirmasi sebanyak 28.233 kasus covid-19. Dengan rincian
sejumlah 18.129 orang dirawat, 1.698 orang meninggal, dan 8.406 lainnya
dinyatakan sembuh.
Pada
awal kemunculan virus covid-19 ini seringkali WHO menyatakan kelompok usia 50
tahun ke atas paling beresiko terpapar dan paling banyak meninggal akibat virus
ini. Padahal usia anak-anak juga rentan tertular. Indonesia sendiri menjadi
negara dengan tingkat kematian anak tertinggi akibat virus covid-19 jika
dibandingkan dengan negara lain di ASEAN.
Dikutip
dari VOA Indonesia, Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Aman Pulungan
menyatakan bahwa tingkat kematian anak akibat virus ini di Indonesia merupakan yang tertinggi
dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya. Berdasarkan data hingga 18 Mei 2020
lalu, jumlah kasus anak positif covid-19 di Indonesia mencapai 584 kasus dan 14
anak meninggal dunia. Sedangkan pasien dalam pengawasan (PDP) anak sekitar
3.400 kasus dan sebanyak 129 anak dengan status PDP meninggal.
Bagi
saya pribadi kasus virus covid-19 pada anak-anak selalu menjadi perhatian
khusus. Karena anak-anak itu masih polos dan butuh arahan dengan telaten. Jika orang
tua mampu melindungi diri sendiri maka anak juga akan terlindungi.
Melihat
Kota Surabaya yang saat ini menjadi kota dengan kasus covid-19 tertinggi
ternyata juga memiliki kasus anak dengan covid-19 yang jumlahnya tidak sedikit.
Mengutip dari Detik News, Koordinator Bidang Pencegahan Gugus Tugas Percepatan
Penanganan COVID-19 Febria Rachmanita mengatakan bahwa kasus anak terjadi pada
usia 0 hingga 14 tahun.
Terdapat
36 kasus pada usia 0-4 tahun dan 91 kasus pada anak usia 5-14 tahun yang
terpapar virus COVID-19. Sejumlah 127 anak di Surabaya yang terpapar ini
dirawat di rumah sakit dan Asrama Haji di Surabaya. Perawatan di rumah sakit
juga dibedakan ruangannya dengan pasien dewasa dan ditangani secara khusus oleh
dokter anak.
Faktor Anak-anak Terpapar COVID-19
Anak-anak
usia sekolah yang saat ini menjalankan belajar di rumah ternyata tidak
menjadikan risiko terpapar COVID-19 menjadi 0%. Terbukti dengan banyaknya kasus
anak-anak dan angka kematian anak akibat virus COVID-19 di Indonesia yang
tertinggi di ASEAN.
Ternyata
dengan belajar di rumah, anak-anak juga masih sering bermain di luar rumah. Peran
orang tua yang mengajarkan protokol kesehatan selama masa pandemi ini menjadi
sangat penting agar anak terlindungi dari virus COVID-19.
Faktor
lain yang harus diwaspadai adalah dari orang tua. Orang tua lebih banyak
berkegiatan di luar rumah, seperti bekerja. Hal ini bisa membawa virus dan
tidak sadar anak di rumah menjadi terpapar virus tersebut.
Namun
ada hal lain yang kurang diwaspadai yang juga menjadi penyebab anak-anak mudah
tertular Virus COVID-19, yaitu polusi
rokok di rumah.
Rokok Meningkatkan Resiko Covid-19
Ketika mendengarkan talkshow serial #PutusinAja
Ruang Publik KBR pada 20 Mei 2020 kemarin dengan
tema "Rumah, Asap Rokok, dan Ancaman Covid-19” ada hal yang menarik mengenai keterkaitan
rokok degan resiko anak-anak terpapar COVID-19. Lebih luas juga pengendalian tembakau
memiliki peran terhadap langkah penanganan COVID-19 di Indonesia.
Disebutkan di awal talkshow bahwa benar selama pandemi ini tingkat polusi dunia
menurun namun polusi dalam rumah justru meningkat karena asap rokok.
Kenapa demikian?
Jawaban paling sederhana ialah dengan adanya
imbauan Work From Home (WFH) menjadikan perokok yang biasanya merokok di
luar rumah, kini lebih banyak merokok di dalam rumah. Apalagi jika kita masih
ingat bahwa Indonesia juga menjadi negara teratas ke-3 yang penduduknya
merokok (WHO, 2008).
Padahal kita semua tahu bahwa residu zat-zat
dalam rokok bisa bertahan di baju jika merokok di luar rumah. Jadi bisa
disimpulkan berapa besar polusi yang ditimbulkan jika merokok di dalam rumah. Secara
terang-terangan berbahaya bagi seluruh anggota keluarga.
Bagaimana Rokok Berperan Meningkatkan Resiko Anak Terpapar Covid-19?
Sebelum
membahas lebih lanjut, mari kita pahami kembali apa itu coronavirus dan COVID-19.
Mengutip
dari halaman WHO, Coronavirus adalah suatu kelompok virus yang dapat
menyebabkan penyakit pada hewan atau manusia. Beberapa jenis coronavirus
diketahui menyebabkan infeksi saluran napas pada manusia mulai dari batuk pilek
hingga yang lebih serius seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan
Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Coronavirus jenis baru yang ditemukan
menyebabkan penyakit COVID-19.
WHO
menyatakan bahwa orang-orang lanjut usia (lansia) dan orang-orang dengan
kondisi medis penyerta seperti tekanan darah tinggi, gangguan jantung dan
paru-paru, diabetes, atau kanker memiliki kemungkinan lebih besar mengalami
sakit lebih serius jika terpapar virus COVID-19.
Penyakit-penyakit
yang disebutkan di atas adalah penyakit yang lazim juga ditemukan pada perokok.
Sehingga disebutkan juga bahwa perokok masuk dalam salah satu yang beresiko
tinggi terpapar COVID-19 dan susah disembuhkan jika sudah kritis.
Dokter
Franz Abednego Barus, Sp.P yang merupakan dokter spesialis paru menjelaskan
bagaimana rokok secara sederhana melemahkan paru-paru dan menjadikan kita lebih
rentan terpapar virus COVID-19.
Dokter Franz mengataan bahwa setiap asap
rokok yang masuk ke tubuh akan merusak dua daya tahan saluran napas, yaitu daya
tahan mekanik dan kimia. Merusak daya tahan kimia karena gga berkurang
sepanjang saluran napas. Sedangkan daya tahan mekanik, asap rokok menyebabkan
silia (bulu-bulu halus) menjadi rontok. Padahal silia ini berfungsi untuk
mengeluarkan dahak dan zat asing lainnya dari saluran napas.
Secara usia harusnya anak-anak masih memiliki
daya tahan saluran napas yang bagus dibandingkan dengan orang dewasa yang
menjadi perokok aktif maupun pasif. Jika teman-teman pernah membaca tulisan
saya mengenai rokok dan anak-anak, pasti masih ingat bahwa Indonesia bisa
disebut sebagai satu-satunya negara dengan fenomena baby smoker. Tidak heran jika anak-anak di Indonesia ada yang
menjadi perokok.
Terlepas dari fakta tersebut, fakta baru saat
pandemi ini adalah peningkatan polusi di dalam rumah yang harusnya secara sadar
merokok di dalam rumah membahayakan seluruh anggota keluarga tak terkecuali
anak-anak. Jadi anak-anak yang harusnya memiliki daya tahan saluran napas yang
baik bisa ikut melemah dan menjadikan mereka mudah terpapar virus COVID-19.
Pengendalian Tembakau Sebagai Langkah Penurunan Angka Penularan COVID-19
Jika
dokter Franz menjelaskan secara sederhana mengenai bagaimana rokok bisa
meningkatkan risiko terpapar COVID-19, maka Nina Samidi sebagai Manajer
Komunikasi Komnas Pengendalian Tembakau menjelaskan tentang bagaimana kebijakan
tegas pengendalian tembakau bisa berdampak pada penurunan angka penularan COVID-19.
Nina
Samidi mengatakan bahwa 1/3 penduduk Indonesia merupakan perokok aktif. Dengan fakta
ini dan penjelasan yang sudah disampaikan oleh dokter Franz, harusnya menjadi dasar
pemerintah mengeluarkan kebijakan memblokir risiko awal, yaitu perilaku
merokok.
Ibu
Nina menytakan bahwa penting sekali memasukkan rumah sebagai Kawasan Tanpa
Rokok, mengingat di tengah pandemi ini polusi di dalam rumah justru meningkat
karena orang-orang merokok di dalam rumah.
Selain
itu memasukkan larangan merokok ke dalam protokol kesehatan selama pandemi COVID-19
ini akan sangat efektif untuk menurunkan angka penularan. Protokol kesehatan
untuk menggunakan masker, cuci tangan dengan sabun, dan menjaga jarak dirasa
masih kurang karena risiko awal tidak disinggung untuk diblokir.
Upaya
yang bisa dilakukan sebagai berikut:
- Menambahkan larangan merokok ke dalam iklan protokol kesehatan selama pandemi COVID-19
- Memasukkan rumah ke dalam kawasan tanpa rokok
- Membatasi penjualan rokok. Berkaca dari Boswan, India, dan South Africa yang secara tegas melarang penjualan dan impor rokok selama masa pandemi guna memblokir risiko awal terpapar COVID-19. Larangan ini cukup efektif diterapkan untuk mengurangi angka penularan COVID-19.
Jadi
apakah teman-teman setuju dengan talkshow
kali ini?
Saya sudah berbagi pengalaman pribadi untuk #putusinaja hubungan dengan
rokok atau dorongan kepada pemerintah untuk #putusinaja kebijakan
pengendalian tembakau yang ketat. Anda juga bisa berbagi dengan
mengikuti lomba blog serial #putusinaja yang diselenggarakan KBR (Kantor
Berita Radio) dan Indonesian Social Blogpreneur ISB. Syaratnya, bisa Anda lihat di sini.
Referensi:
https://www.who.int/indonesia/news/novel-coronavirus/qa-for-public
https://www.voaindonesia.com/a/tingkat-kematian-anak-indonesia-akibat-covid-19-tertinggi-di-asean/5441432.html
https://m.detik.com/news/berita-jawa-timur/d-5036428/127-anak-dan-balita-di-surabaya-terpapar-covid-19/2
0 Comments