Semanggi Pembawa Keberuntungan dari Kelurahan Sememi Surabaya

 

Gapura Kampung Semanggi Surabaya (sumber: dok pribadi)

Dalam ingatan saya, Semanggi adalah makanan dengan bentuk seperti pecel. Ada sayur yang dikukus dan disiram sambal kacang. Pertama kali mencoba makanan ini sekitar belasan atau 20 tahun lalu di rumah Nenek saya di perkampungan Kota Surabaya. Penjualnya menggendong bakul bambu yang cukup besar dan ada kerupuk puli lebar berwarna kuning.

Penjual makanan yang berkeliling di perkampungan sangat lazim dijumpai, tapi baru kali itu saya menjumpai makanan bernama Semanggi atau Pecel Semanggi. Bagi saya yang seorang bocah kelahiran tahun 90an dan tinggal di kawasan Surabaya Timur merasa cukup asing dengan makanan tersebut. Sedangkan Ibu, Bulek, dan Nenek saya sangat antusias saat memanggil pedagang Semanggi.

Tentu dalam bayangan saya, makanan yang bernama pecel itu adalah sayuran seperti bayam, tauge, kacang panjang dengan disiram bumbu kacang gurih manis. Kata Nenek saya Semanggi ini enak, tidak seperti pecel pada umumnya, sayurannya memakai daun semanggi yang dikukus atau direbus. Saat saya mencicipinya ternyata bumbu kacangnya amat sangat berbeda dari pecel biasanya.

Kedua kali saya memakan Semanggi adalah saat saya sudah berkuliah, sekitar tahun 2011-2012. Waktu itu saya sedang mengerjakan tugas survey di kawasan Surabaya Barat. Ketika saya istirahat dan salat zuhur, ada penjual Semanggi di depan mushola. Penjualnya masih menggunakan bakul bambu yang digendong dan tak lupa kerupuk puli lebar berwarna kuning juga turut melengkapi. Rasanya seperti nostalgia waktu pertama kali memakan Pecel Semanggi bersama almarhum Nenek saya.

Setelah sekian tahun saya baru mengetahui bagaimana bentuk tanaman semanggi yang dijadikan bahan utama Pecel Semanggi. Serta rasa bumbu pecelnya yang berbeda ternyata dari ketela rambat. Jadi membuat tekstur bumbu ini kental agak berserat dan rasanya cenderung manis, tapi bukan manis yang eneg.

Kemudian pedagang tersebut bercerita kalau di kawasan Surabaya Barat saat itu masih banyak yang menjual Pecel Semanggi. Karena, ada lahan khusus untuk menanam semanggi. Setelah itu saat saya mengunjungi acara Car Free Day atau festival makanan, saya mulai melihat lagi penjual Pecel Semanggi.

Semanggi Masih Berseri di Sememi

Semanggi dari Kampung Semanggi (dok pribadi)

Dalam mitos yang yang dikenal secara luas, semanggi berdaun empat merupakan simbol keberuntungan. Namun, semanggi dari Kelurahan Sememi, Surabaya seluruhnya membawa kebetuntungan. Semanggi bagi warga Sememi adalah salah satu identitas dan kebanggaan mereka. 

Gapura Kampung Semanggi (sumber: dok pribadi)

Tepatnya di RW 03 Kelurahan Sememi, Kecamatan Benowo, Kota Surabaya bagian barat terdapat Kampoeng Semanggi. Hamparan lahan budidaya semanggi terlihat ketika memasuki kampung ini. Dan tentu saja sebagaian besar warganya berkaitan erat dengan tanaman ini. Mulai dari petani semanggi hingga penjual beragam olahan semanggi.

Semanggi yang tumbuh subur di Sememi sudah menemani warga setempat untuk memutar roda perekonomian selama bertahun-tahun. Melihat adanya potensi tersebut, tercetuslah ide untuk mengembangkan sekaligus mempertahankan semanggi agar tidak tergerus oleh zaman.

Hingga tahun 2021 di Kampung Semanggi ini terdapat sekitar 300 penjual Semanggi dan 13 KK di RW 03 yang menjadi petani atau pembudidaya semanggi. Perjalanan para petani semanggi sampai bisa menghadirkan Semanggi sebagai hidangan membutuhkan waktu sekitar satu bulan. Dimulai dari bibit hingga bisa dipanen membutuhkan waktu satu bulan, kemudian dalam jarak waktu satu minggu bisa dipanen kembali. 

Lahan budidaya semanggi milik pemkot (dok pribadi)


 

Dahulu para petani hanya membudidayakan semanggi di lahan milik Pemerintah Kota Surabaya. Kini mulai banyak para pembudidaya yang bertani semanggi di lahan milik sendiri. Seluruh lahan semanggi tersebar di RW 03 Kelurahan Sememi, Surabaya.

Salah satu lahan budidaya semanggi milik pribadi (dok pribadi)

Semanggi yang bisa digunakan sebagai hidangan hanya yang masih muda. Karena, semanggi yang tua akan keras dan tidak enak dimakan. Setelah petani memanen semanggi dari lahan, semanggi butuh dijemur di bawah terik matahari terlebih dahulu agar bisa lebih tahan lama. Semanggi kering ini kemudian dijual kepada pejual makanan Semanggi dengan harga 150ribu Rupiah per satu plastik besar ukuran 1 meter.

Wawancara Ibu Kholifah Penjual Semanggi 


Namun ada pula penjual Semanggi yang baru akan memanen semanggi jika hendak pergi berjualan. Salah satunya ialah Ibu Kholifah, penjual Semanggi dari RT 07. Beliau biasanya berjualan Semanggi di hari minggu di depan Taman Cahaya. Satu porsi dibanderol dengan harga 10ribu Rupiah, sayur semanggi lengkap dengan tauge dan bunga turi, tak lupa kerupuk sebagai pelengkap. Terkadang beliau juga menerima pesanan jika ada yang memesan Semanggi dalam porsi cukup besar.

Menurut Ibu Kartini selaku Bendahara RT 07 tahun 2021, membudidayakan semanggi memang cenderung mudah, namun bukan berarti tanpa tantangan. Hama ulat adalah salah satu tantangannya, namun tidak mengakibatkan permasalahan yang cukup serius. Yang lebih parah apabila semanggi terkena hama wereng karena berarti para petani harus kembali menanam semanggi mulai dari bibit.

Kampung Berseri Astra Semanggi 

Lahan budidaya semanggi (dok pribadi)

Pada tahun 2021 Astra Group hadir untuk mendukung masyarakat Kelurahan Sememi untuk mengembangkan potensi Kampung Semanggi. Peresmian Kampung Semanggi menjadi salah satu kampong binaan Astra ini dihadiri oleh Faris Henky Irawan selaku Ketua Koordinator Astra Group Wilayah Surabaya.

Pembentukan Kampoeng Semanggi Suroboyo menjadi Kampung Berseri Astra (KBA) ini adalah salah satu program sosial berkelanjutan Astra. Hadirnya Astra di Kampung Semanggi ini sejalan dengan 4 pilar yang diimplementasikan Astra kepada masyarakat, yaitu Astra untuk Indonesia Sehat, Astra untuk Indonesia cerdas, Astra untuk Indonesia kreatif, Astra untuk Indonesia hijau (kesehatan, pendidikan, kewirausahaan, dan lingkungan).

Untuk lebih memaksimalkan ekplorasi potensi yang dimiliki oleh Kampung Semanggi di Kelurahan Sememi ini, Astra menggandeng Universiatas Wijaya Putra Surabaya. Karena, secara lokasi universitas ini dekat dengan Kampung Berseri Astra Semanggi. Jadi diharapkan lebih memudahkan untuk membantu masyarakat menggali potensi Kampung Semanggi, meningkatkan nilai jual semanggi melalui inovasi bersama, hingga menyusun strategi pemasaran yang efektif.

Lurah Sememi, Siti Rochana, S.H. berharap dengan hadirnya Kampung Berseri Astra Semanggi ini bisa meningkatkan kreativitas warga Kampung Semanggi. Dan diikuti dengan peningkatan pendapatan warga serta semanggi semakin dikenal oleh masyarakat luas, tidak hanya di Surabaya, tapi juga di luar daerah hingga mancanegara.

Bantuan yang diberikan Astra salah satunya ialah sumur untuk pengairan lahan-lahan budidaya Semanggi. Dan hasilnya tanaman semanggi yang mendapat pengairan cukup serta bersih terlihat sangat sehat dan berseri.

Sepincuk Semanggi

Semanggi (sumber: Surabaya Tourism)
 

 

Di dalam pincuk daun pisang terdapat semanggi yang telah dikukus, disiram bumbu kacang dengan campuran ketela rambat dan petis. Tanpa nasi ataupun lontong, Semanggi sudah memiliki karbohidrat dari ketela rambat di dalam bumbunya. Kerupuk puli besar tak hanya menjadi sekadar pelengkap namun menjadi pengganti sendok untuk memakan hidangan Semanggi.

Semanggi yang pernah dengan antusias dikenalkan oleh Nenek saya memang telah menjadi salah satu ikon makanan tradisional Kota Surabaya. Bentuknya tidak pernah berubah, rasanya masih tetap nikmat, namun keberadaannya pernah hampir hilang.

Mungkin Nenek saya tidak pernah tahu bahwa banyak orang yang saat ini mencintai makanan yang beliau sering jumpai dahulu. Bahwa sekelompok orang juga berusaha agar makanan ini tetap ada, agar Semanggi tidak hanya hadir melalui cerita-cerita.

Semanggi yang dahulu dinikmati dalam sepincuk daun pisang kini bisa dibawa hingga ke ujung dunia. Warga Sememi dengan kreativitasnya menyulap semanggi menjadi makanan siap saji. Menemani siapa saja yang rindu karena jauh dari tanah Surabaya. Peyek semanggi, stik semanggi, hingga kukis semanggi adalah sebagian hasil olahan semanggi yang lahir dari kreativitas warga Kelurahan Sememi.

Kita patut berterima kasih atas semangat warga Kampung Semanggi dan dukungan dari Astra, makanan tradisional khas Kota Surabaya ini masih terus terjaga hingga sekarang. Bagi warga Kelurahan Sememi hadirnya Kampung Berseri Astra adalah harapan bagi roda perekonomian.

Saat ini saya dan Warga Surabaya lain bisa menikmati sepincuk Semanggi. Sama seperti Nenek saya dahulu. Tidak pernah Nenek saya bercerita mengenai sebuah makanan di dalam pincuk daun pisang rasanya enak, lalu saya hanya bisa membayangkan. Sepincuk Semanggi juga akan bisa dinikmati oleh anak cucu Warga Surabaya karena kegigihan Warga Sememi melestarikan Semanggi.

Post a Comment

1 Comments